Kakanwil Sultra: Implementasi Zona Integritas Itu Tidak Mudah
By Admin
nusakini.com-Kendari -Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Tenggara menjadi salah satu kantor wilayah Kementerian Agama yang meraih predikat terbaik dalam pilot project implementasi Zona Integritas (ZI) menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBBM) yang diperoleh Kemenag Sultra beberapa waktu lalu.
Kepala Kantor Wilayah Kemenag Sultra Abdul Kadir menilai, pembangunan dan implementasi zona integritas di lingkungan satuan kerjanya tidak mudah.
“Pembangunan zona integritas ini dilakukan tidak mudah di semua satuan kerja yang ada, dibutuhkan kesadaran membangun budaya tidak koruptif, dan kerja keras seluruh pimpinan dan ASN,” ujarnya saat bertemu dengan seluruh pejabat dan Kepala Kantor Kemenag Kab/Kota Sulawesi Tenggara, Rabu (06/02).
Ia mengutarakan, salah satu upaya implementasi ZI di wilayahnya adalah peningkatan kualitas layanan publik yang terukur, di antaranya melalui keberadaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) yang tahun lalu diresmikan Menteri Agama.
“Peningkatan kualitas layanan publik harus terukur, dan itu menjadi fokus perhatian kita,” ucapnya.
Layanan cepat PTSP Kanwil Kemenag Sultra diakui oleh Suherman, praktisi yang bergelut di dunia properti saat ditemui di kantor PTSP yang berada strategis di lobi kantor untuk mengurus surat rekomendasi suntik meningitis sebagai salah satu syarat niatnya menjalankan ibadah umrah.
“Respon pelayanan PTSP Kemenag relatif cepat, setelah persyaratan lengkap, petugas PTSP langsung memprosesnya,” ujar Suherman.
Untuk memperoleh gambaran implementasi zona integritas yang baik, Kakanwil mendorong satuan kerjanya untuk belajar dari Kemenag Kota Denpasar dan Kabupaten Karangasem yang berhasil meraih penghargaan Zona Integritas Menuju ABK/WBBM nasional dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Senin, 11 Desember 2018 lalu.
Selain penghargaan implementasi ZI , Kemenag Sultra merah terbaik kedua laporan keuangan berbasis akrual. Kakanwil mengakui, penghargaan ini diraih karena kepemimpinan, kerjasama dan disiplin ketat dalam pengelolaan keuangan.
Ia kerap membuka dialog terbuka dengan pimpinan dan ASN Sultra yang sejauh ini dilakukan Menteri Agama untuk menyerap persoalan yang ada termasuk dalam pengelolaan keuangan dan penyerapan anggaran dan bagaimana solusinya.
“Kita lakukan dialog terbuka, selain untuk menyerap kendala pengelolaan anggaran dan serapannya, juga mencari solusi bersama, tidak semata solusinya dari Saya tapi bisa dari satker lain yang dinilai berhasil. Ini cara untuk mencari solusi dengan dialog dan sharring,” ujarnya.
Ia berpesan kepada jajaranya, bahwa kalau ingin berkarya yang monumental, maka jangan tampil biasa-biasa saja.
“Sepanjang niatannya positif, lakukan hal-hal yang inovatif bagi kepentingan dan pelayanan publik,” lanjutnya.(p/ab)